Breaking News
Kumpulan informasi aktual seputar peristiwa penting yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, meliputi isu politik, kebijakan pemerintah, bencana, dan dinamika sosial masyarakat.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO
Berita  

Melihat dua sisi musibah di Pondok Pesantren Al-Khoziny

BRIMO

Inews Kuala Pembuang – Musibah ambruknya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, beberapa hari lalu menyisakan duka mendalam. Tragedi ini menewaskan belasan santri, puluhan luka-luka, dan banyak lainnya masih dalam pencarian. Namun, di balik kesedihan, terdapat pula sisi lain berupa solidaritas, kebersamaan, dan semangat gotong royong yang tumbuh di tengah masyarakat.

Luka Mendalam bagi Keluarga dan Santri

Musibah yang terjadi saat santri sedang beraktivitas itu sontak mengubah suasana pesantren menjadi lautan tangis. Keluarga korban berduyun-duyun datang ke lokasi, mencari kabar sanak saudara mereka. Banyak di antara mereka yang sulit menerima kenyataan kehilangan anak, saudara, atau kerabat tercinta.

“Anak saya baru dua bulan mondok di sini, saya tidak menyangka perpisahan kami justru secepat ini,” ucap seorang ayah korban dengan suara terbata-bata.

Para santri yang selamat juga masih diliputi trauma. Sebagian besar mengaku masih takut berada di dalam bangunan, terutama saat mendengar suara keras atau merasakan getaran.

Respons Cepat Pemerintah dan Aparat

Di sisi lain, pemerintah, aparat TNI-Polri, serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bergerak cepat menangani musibah. Posko DVI didirikan di RS Bhayangkara Surabaya, cold storage berkapasitas besar difungsikan untuk identifikasi jenazah, sementara tim gabungan terus melakukan pencarian korban di lokasi reruntuhan.

“Proses identifikasi harus cepat, karena keluarga menunggu kepastian. Kami berusaha semaksimal mungkin agar semua korban dapat dikenali,” kata Kepala Pusdokkes Polri, Brigjen Pol Nyoman Eddy.

Pondok Pesantren Al-Khoziny
Pondok Pesantren Al-Khoziny

Baca juga: Kasus mesin EDC, KPK panggil dirut perusahaan asuransi bank

Gelombang Solidaritas dari Masyarakat

Musibah ini juga melahirkan gelombang solidaritas. Ratusan relawan datang dari berbagai daerah, membantu proses evakuasi, menyediakan makanan, hingga memberikan dukungan psikososial bagi korban selamat. Donasi dari masyarakat terus mengalir, baik berupa uang, logistik, maupun tenaga.

“Di balik musibah ini, kami merasakan betapa kuatnya semangat persaudaraan. Semua orang datang tanpa pamrih, hanya ingin meringankan beban para korban,” ujar seorang relawan dari Surabaya.

Pertanyaan soal Kualitas Bangunan

Meski demikian, muncul pula sorotan tajam terkait kualitas bangunan musala yang ambruk. Beberapa pihak menilai musibah ini harus menjadi bahan evaluasi besar, khususnya dalam aspek perencanaan dan pengawasan konstruksi bangunan pesantren maupun fasilitas pendidikan lainnya.

“Jangan sampai musibah ini terulang. Pemerintah perlu memastikan setiap bangunan pendidikan, termasuk pesantren, memenuhi standar keamanan,” kata seorang pengamat kebijakan publik di Jawa Timur.

Dua Sisi: Duka dan Harapan

Musibah Al-Khoziny menghadirkan dua sisi yang saling bertolak belakang: duka mendalam akibat kehilangan nyawa, dan harapan baru dari lahirnya solidaritas tanpa batas. Duka menjadi pelajaran pahit agar ada langkah preventif ke depan, sementara solidaritas masyarakat menjadi modal sosial untuk bangkit.

Bagi keluarga korban, waktu mungkin tidak bisa menghapus luka. Namun, perhatian dan dukungan yang datang dari berbagai pihak menjadi penguat untuk melanjutkan hidup.

“Semoga tragedi ini menjadi yang terakhir. Kami ingin anak-anak belajar di tempat yang aman, karena pendidikan adalah masa depan mereka,” pungkas seorang wali santri.

Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *